MANADO, dibalikfakta.com_Badan meteorologi Klimatologi, dan Geofisika( BMKG) sulawesi utara mengeluarkan informasi terkini prakiraan cuaca di musim kemarau
Berdasarkan informasi update dinamika atmosfer untuk wilayah sulawesi utara, masyarakat diharapkan agar tetap berhati-hati terhadap potensi dampak kemarau yang diprakirakan di bulan oktober ini masih pada kategori curah hujan rendah.
Koordinator Bidang Observasi dan informasi stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, Ben Arther Molle menjelaskan sesuai prakiraan musim dari BMKG pada bulan Oktober belum memasuki musim hujan.
Perkembangan cuaca di sulawesi utara yang sudah kami sampaikan sejak bulan Juni 2023, bahwa musim kemarau tahun ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino sehingga potensi bencana hidrometeorologi yaitu kebakaran hutan dan lahan dapat berpotensi terjadi, jelasnya kepada awak Media kamis (29/09/2023).
Menurutnya, di bulan ini kita masih ada di kategori Curah hujan yang rendah. Prakiraan cuaca seminggu kedepan wilayah Sulawesi Utara didominasi oleh kondisi cuaca cerah berawan hingga hujan ringan yang terjadi tidak merata diseluruh wilayah. Parameter suhu diprakirakan pada nilai minimum 21°C hingga maksimum 35°C. Kalau bulan Agustus kemarin di sebagian wilayah sulawesi utara itu mengalami puncak musim kemarau, biasanya puncak musim kemarau itu identik dengan yang namanya curah hujan yang lebih rendah,dalam akumulasi satu bulan, makanya hujannya hanya sedikit.
Dikatakannya lagi, panasnya lebih banyak dari pada hujan, namun bukan berarti tidak ada hujan, pada bulan Agustus sampai dengan September masih di kategori kan hujan rendah. “Ujarnya
Ben juga menambahkan, Prediksi dari BMKG Sulawesi utara bahwa pada bulan Oktober potensi hujan masih tidak merata, dengan kata lain masih dalam kategori rendah dan masih didominasi cuaca cerah hingga berawan, nanti di akhir Oktober dan awal November curah hujan akan terjadi di beberapa wilayah di sulawesi utara.”Tuturnya.
“Musim kemarau tahun ini di pengaruh oleh yang namanya “EL NINO” yang artinya mempengaruhi hujan lebih rendah dan lebih kering, karena penyebabnya adalah kurangnya massa udara basah dari Laut untuk proses tumbuhnya awan. Laut Indonesia saat ini dalam kategori dingin jadi penguapan dilaut menjadi sedikit dan potensi awan juga sedikit.” (Fadly)