Manado – Dibalikfakta. Com Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan Kondisi sungai Kota Manado tetapi semua itu tidak di perhatikan contohnya di wilayah Malalayang Satu, yang air sungainya sudah tidak lagi mengalir dengan baik akibat muara sungai yang ditutup pihak pengembang.
Pasalnya Reklamasi Pantai Malalayang Satu dengan pengembang PT TJ Silfanus, berpotensi ‘menggelemankan’ wilayah pesisir di Malalayang Satu. Karena kegiatan reklamasi tersebut, menutup muara sungai, yang mengakibatkan aliran sungai tidak tembus sampai ke laut dan hanya tergenang.
Dari Pantauan media, aliran sungai tidak langsung ke laut dan hanya dialirkan secara tidak teratur di wilayah pesisir. Oleh Pihak pengembang PT TJ Silfanus, tidak membuka atau menyiapkan aliran air sungai yang tembus sampai ke pantai. Sehingga jika masuk musim penghujan, air sungai akan meluap dan masuk sampai ke wilayah pemukiman masyarakat, akibat aliran air di muara sungai terganggu karena ditutup pihak pengembang.
Keluhan dan ketakutan masyarakat sekitar juga mulai bermunculan. Seperti yang dikeluhkan akun Facebook Santi Mamarara dimana dia melampirkan video pekerjaan reklamasi yang terus berjalan dibelakang rumahnya di wilayah Malalayang Satu.
“Ini adalah area sekitar muara sungai yang ada di belakang rumah kami. Area ini adalah bagian dari area reklamasi Pantai Minanga. Kemarin-kemarin ketika proses reklamasi saya melihat daerah reklamasi ini seperti dibagi dua, dan saya berpikir mungkin itu disiapkan sebagai tempat aliran air sungai yg dibelakang rumah kami. Tapi setelah saya perhatikan ujung belahan area reklamasi itu tertutup dan air seperti tidak mengalir,” tuturnya.
Menurut Santi, sesuatu yang buruk akan terjadi dipikirannya, bayangan air besar dari hulu sungai di musim penghujan yang akan segera tiba yang tidak tahu akan keluar lewat mana. Apa lagi jika air laut lagi pasang pastinya air laut dan air sungai akan menyatu hingga membuatnya menjadi khawatir akan pemukiman Kampung Baru Malalayang. “Kalaulah pengembang mengatakan akan ada dibuatkan jalan air, Kapan? Apakah menunggu turun hujan yang mengakibatkan debit sungai meningkat drastis dan Kampung Baru banjir dulu baru akan dipikirkan,” tegasnya.
Menurut Santi, kalau pengembang memikirkan dampak tersebut kepada masyarakat kenapa tidak dibuatkan saja sekarang. “Proses reklamasi yang masih terus berlangsung yang hanya bisa kami saksikan dengan air mata, mungkin bisa sekalian membuatkan jalan air untuk keluarnya air dari sungai dibelakang rumah kami,” ucapnya
Sementara itu, salah satu masyarakat Malalayang Satu yang tak mau namanya diberitakan juga mengeluhkan hal yang sama. “Bisa-bisa kampung ini tenggelam kalau ada hujan besar dan berlangsung beberapa hari. Karena muara sungai sudah mereka tutup. Tidak tahu kapan akan dibuka lagi, supaya aliran sungai bisa kembali normal. Sekarang masyarakat menjadi takut jika hujan datang. Lantas siapa yang akan bertanggung jawab?,” katanya.
Dirinya juga mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sulut) dan Pemerintah Kota Manado untuk segera bertindak menyikapi hal ini. “Kan proses pembangunan harus diawasi. Lantas dimana pemerintah? Bagaimana dengan wilayah kita yang saat ini kita bisa sampaikan bahwa sedang terancam dengan potensi banjir. Apalagi mereka akan membangun tahap kedua, lantas bagaimana jika mereka tidak bertanggung jawab.” jelasnya.
Sementara itu, Balladewa Setlight pihak perwakilan PT TJ Silfanus mengatakan bahwa, aliran sungai sudah tembus sampai ke laut. Namun dirinya mengakui bahwa aliran sungai tersebut masih menggunakan gorong-gorong untuk sarana penghubung ke laut. “Tetapi dalam waktu dekat akan tetap dibuatkan jembatan. Karena memang masih ada truck yang lewat, kita masih pakai gorong-gorong. Tetapi kita sudah buat aliran yang besar. Supaya air mengalir lancar ke laut. Jadi tidak benar isu bahwa kita menghambat aliran sungai. Kita tetap menjadikan kelestarian lingkungan dan pemukiman nomor 1 dalam setiap proses pekerjaan,” Tutupnya 05/06/2023
( Stefanus )